Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Lira Turki terpantau melemah 0,10 persen, ringgit Malaysia 0,06 persen, dan dolar Singapura melemah tipis 0,01 persen.
Penguatan hanya terjadi pada won Korea sebesar 0,05 persen dan baht Thailand sebesar 0,01 persen Sementara itu, yen Jepang dan dolar Hong Kong berada di posisi stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris dan dolar Australia masing-masing menguat dengan nilai 0,08 persen dan 0,02 persen, sementara dolar Canada dan euro melemah dengan nilai sebesar 0,02 persen dan 0,04 persen terhadap dolar AS. Meski pagi ini menguat, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah kemungkinan akan bergerak melemah hari ini, karena sentimen hasil kesepakatan dagang antara AS dan China yang tak menentu.
Menurut Ariston, pasar masih menunggu dan berharap mendapatkan kabar mengenai kesepakatan dagang hingga sebelum tanggal 15 Desember 2019, tanggal AS menerapkan tarif impor baru untuk produk China.
Sementara itu, Ariston juga menyebut bahwa data ekonomi Non Farm Payrolls AS dan data survei sentimen konsumen AS yang dirilis Jumat malam, jumlahnya melebihi ekspektasi.
"Hal tersebut bisa mendorong pelemahan Rupiah terhadap dollar AS bila tidak ada kabar positif lagi soal prospek kesepakatan AS dan China," kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (9/12).
Lebih lanjut, Ariston memprediksi Rupiah mungkin akan bergerak di kisaran Rp14.000 hingga Rp14.080 hari ini.
[Gambas:Video CNN] (ara/age)
No comments:
Post a Comment