Saturday, December 14, 2019

Timnas Indonesia Harus 'Move On' dari Luis Milla

Jakarta, CNN Indonesia -- Pencinta Timnas Indonesia harus 'move on' dari Luis Milla yang berlabel pelatih Eropa. Terlebih sejumlah negara-negara ASEAN mulai berprestasi di tangan pelatih Asia.

Milla memang kadung dicintai suporter Indonesia. Bukan karena prestasi mentereng bersama Garuda, melainkan dianggap mampu menularkan karakter bermain menyerang.

Mantan pelatih timnas Spanyol U-21 itu memang punya kualitas meramu tim dengan karakter menyerang. Ia piawai memilih talenta muda Indonesia untuk memeragakan permainan menyerang lewat umpan-umpan pendek yang menghibur.

Kendati begitu, Milla jauh dari prestasi. Ia gagal mengantar Timnas U-23 lolos ke final dan cuma mampu menggamit medali perunggu di SEA Games 2017 Malaysia.

Selain itu, pasukan Garuda Muda juga menelan pil pahit gagal lolos ke perempat final sepak bola Asian Games 2018. Skuat arahan Luis Milla kalah 3-4 (2-2) lewat drama adu penalti menghadapi Uni Emirat Arab (UEA) di babak 16 besar.

Jika bicara target, Milla gagal mewujudkan ekspektasi PSSI mengantar Febri Hariyadi dkk lolos ke semifinal Asian Games 2018, mengulang kesuksesan Timnas Indonesia di edisi Asian Games 1958 dan 1986.

Luis Milla saat masih menangani Timnas Indonesia. (Luis Milla saat masih menangani Timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Dua catatan negatif tersebut membuat PSSI gerah. Terlebih kocek yang harus dikeluarkan untuk Milla tak murah.

Federasi sepak bola Indonesia itu akhirnya menunjuk Bima Sakti sebagai pelatih sementara Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Hasilnya, Indonesia gagal total hingga tak mampu lolos fase grup.

Simon McMenemy, yang punya prestasi membawa Bhayangkara FC juara Liga 1 2017, pun setali tiga uang. Pelatih asal Skotlandia itu bahkan terpaksa dipecat sebelum babak kualifikasi Piala Dunia 2022 berakhir lantaran hasil buruk empat kekalahan beruntun.

Kini, Milla kembali masuk bursa pelatih Timnas Indonesia level senior. Namun, ia tak sendirian. Ada pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, yang juga lolos daftar kandidat.

Kedua pelatih tersebut sudah memaparkan program di hadapan PSSI. Tapi, kali ini sinyal menguat kepada sosok Shin Tae-yong. Pelatih Korsel ini dianggap lebih potensial untuk menghadirkan prestasi bagi Indonesia.

Shin Tae-yong pernah menukangi timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 yang digelar di Rusia. Meskipun gagal lolos dari babak penyisihan grup, namun Taeguk Warrior tampil mengejutkan.

Son Heung-min dan kawan-kawan sukses mengalahkan Jerman dengan skor 2-0 sekaligus membuat peraih empat Piala Dunia itu tersingkir dari Rusia lebih cepat sebagai juru kunci Grup F. Skuat besutan Shin Tae-yong juga hanya kalah tipis dari Swedia (0-1) dan Meksiko (1-2) di grup yang sama.

Catatan impresif tersebut memang tak bisa dijadikan tolok ukur kesuksesan Shin Tae-yong. Tapi, setidaknya ia pernah mencicipi ketatnya persaingan di level turnamen sepak bola paling akbar: Piala Dunia!

Kalau sekadar melatih di Piala Dunia, Milla juga punya pengalaman itu. Ia bahkan sukses mengantar timnas Spanyol juara Piala Dunia U-21 pada 2011 silam. Namun, persaingan di level kelompok umur dan senior jauh berbeda.

Shin Tae-yong kandidat kuat pelatih Timnas Indonesia. (Shin Tae-yong kandidat kuat pelatih Timnas Indonesia. (Foto: JUNG Yeon-Je / AFP)
Maka, tak ada salahnya 'move on' dari Milla dan membuka kesempatan baru kepada Shin Tae-yong. Toh, kiblat sepak bola Asia Tenggara kini mulai beralih kepada pelatih-pelatih asal Benua Asia, terutama Korea Selatan dan Jepang.

Tengok saja Vietnam yang berhasil merengkuh medali emas SEA Games 2019. Ditangani pelatih asal Korsel, Park Hang-seo, The Golden Star berhasil jadi juara usai mengalahkan Indonesia 3-0 di final.

Hang-seo sudah membangun kekuatan Vietnam sejak 2017 dan akhirnya berhasil mengantar Vietnam meraih medali emas SEA Games 2019 di cabor sepak bola untuk kali pertama.

[Gambas:Video CNN]
Di tangan Park Hang-seo pula Vietnam selangkah lagi lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2022. Saat ini Vietnam berada di puncak klasemen Grup G dengan 11 poin atau unggul dua angka dari Malaysia yang berada di posisi kedua.

Sementara Indonesia meraih hasil jeblok dan kalah bersaing dengan Vietnam, Malaysia, dan Thailand di fase Grup G. Saat ini Indonesia berada di posisi buncit tanpa perolehan poin.

Selain Vietnam, Thailand juga mempercayakan jabatan pelatih utama kepada salah satu juru taktik ternama di Asia, Akira Nishino, sejak Juli 2019.

Meski gagal membawa Thailand U-23 berprestasi di SEA Games 2019, Akira masih berpeluang mengantar Thailand lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Timnas Indonesia Harus 'Move On' dari Luis Milla
Kesebelasan pimpinan Nishino saat ini berada di peringkat ketiga Grup G, terpaut satu poin dari Malaysia dan tiga angka dari Vietnam yang berada di puncak.

Artinya, Vietnam dan Thailand yang kini ditangani pelatih asal Asia semakin menunjukkan taji di level internasional. Maka tak ada salahnya Indonesia mencontoh kesuksesan dua rivalnya itu dengan menunjuk Shin Tae-yong.

Meski demikian, PSSI sebagai federasi juga mesti membenahi permasalahan klasik, yakni penyusunan jadwal kompetisi yang amburadul. Tak jarang klub-klub mengeluh karena jadwal internasional bentrok dengan pertandingan di liga.

Selain harus move on dengan Milla, Timnas Indonesia juga bakal sulit berprestasi siapapun pelatihnya, jika PSSI tak mampu membenahi jadwal kompetisi yang amburadul.

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment