Mengutip Antara, harga minyak berjangka Brent melemah sebesar US$0,62 per barel ke level US$63,72 per barel. Kemudian, harga minyak WTI terkoreksi US$0,48 per barel menjadi US$58,76 per barel.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah AS naik 822 ribu barel pekan lalu. Realisasi itu berbanding terbalik dengan ekspektasi analis yang justru turun sebesar 2,8 juta barel.
Sementara, jumlah pasokan bensin AS meningkat 5,4 juta barel. Ini mencakup minyak diesel dan minyak pemanas yang naik 4,1 juta barel, di mana peningkatan keduanya dua kali lipat lebih besar dari ekspektasi analis.
Di sisi lain, tingkat pemanfaatan kilang turun 1,3 poin menjadi menjadi 90,6 persen dari total kapasitas. Kemudian, konsumsi bensin motor juga turun menjadi 8,8 juta barel per hari (bph).
Analis Energi Senior di Price Futures Group Phil Flynn menyatakan badai musim dingin yang membawa salju besar di beberapa negara bagian AS pekan lalu berdampak negatif pada permintaan bensin domestik. Situasi ini juga akhirnya membuat persediaan justru meningkat.
"Mobil-mobil orang diparkir dan Anda melihat penurunan besar dalam permintaan (bahan bakar). Tetapi kami tidak melihat ini sebagai tren, kami melihatnya sementara," kata Flynn, dikutip Kamis (12/12).
Sementara itu, Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) optimistis permintaan minyak akan lebih banyak pada tahun depan. Kelompok itu memperkirakan permintaan minyak mentahnya rata-rata 29,58 juta barel per hari tahun depan.
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa (10/12), harga minyak berjangka Brent tercatat naik tipis sebesar US$0,09 per barel ke level US$64,34 per barel. Lalu, harga minyak WTI menguat US$0,22 per barel menjadi US$59,24 per barel.
(aud/age)
No comments:
Post a Comment