Mengutip Antara, harga minyak berjangka Brent terkoreksi 0,25 persen ke level US$64,25 per barel. Kemudian, harga minyak WTI naik 0,24 persen di level US$59,02 per barel.
Pihak bea dan cukai China mengumumkan nilai ekspor turun 1,1 persen pada November 2019. Realisasi itu berbanding terbalik dengan anggapan sejumlah pihak yang memprediksi naik 1 persen.
"Bahwa data perdagangan China merupakan faktor (penurunan harga minyak), tentu saja," kata Mitra di Again Capital John Kilduff, dikutip Selasa (10/12). Situasi ini merupakan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Kedua negara sebenarnya telah membicarakan perang tarif yang terjadi beberapa waktu terakhir, hanya saja belum ada kesepakatan yang pasti antara AS dan China.
"Kami akan menghadapi sedikit tantangan dengan tarif baru yang berpotensi dikenakan pada Minggu (15/12). Tarif tambahan akan membebani harga minyak," ungkap Kilduff.
Oleh karena itu, Asisten Menteri Perdagangan China Ren Hongbin menyatakan pihaknya berharap agar kesepakatan mengenai perang dagang dengan China bisa segera terealisasi. Hanya saja, Presiden AS Donald Trump sebelumnya bilang bahwa kesepakatan kemungkinan baru bisa terjadi setelah pemilihan umum di AS tahun depan.
Sebelumnya, harga minyak mentah dunia bergerak di teritori positif. Tercatat, harga minyak Brent menguat 1,6 persen ke level US$64,39 per barel dan WTI naik 1,3 persen di level US$59,2 per barel.Keputusan Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya yang menambah pemangkasan jumlah produksi minyak sebesar 500 ribu barel per hari sepanjang kuartal I 2020 mendatang diapresiasi oleh pasar. Nantinya, total penurunan minyak menjadi 1,7 juta barel per hari dari sebelumnya sebesar 1,2 juta barel per hari.
[Gambas:Video CNN] (aud/age)
No comments:
Post a Comment