Tol ini memang menjadi alternatif mengurai kemacetan, namun saat melaluinya kita harus lebih hati-hati terlebih untuk urusan mengatur kecepatan.
Perlu dipahami Tol Japek II dibangun di atas tiang setinggi lebih kurang 15 meter. Tol ini hanya punya dua lajur, yang artinya lebih kecil ketimbang jalan bebas hambatan di darat. Selain itu bahu jalan yang menjadi jalur darurat tak selebar tol biasanya.
Desain tol Japek II menarik secara visual sebab terlihat bergelombang sehingga membuat pengemudi bakal merasakan momen naik-turun saat melintas.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diantisipasi pengemudi saat melintasi tol sepanjang 36,4 km itu.
Pertama, Jusri mengatakan soal disiplin kecepatan. Pengemudi diharapkan selalu mengikuti rambu, misalnya batas kecepatan di ruas tol tertera minimum 60 km per jam, sementara kecepatan maksimumnya 80 km per jam.
Jusri mengatakan hal tersebut untuk mengantisipasi jalur bergelombang pada tol tersebut.
"Kalau mobil tidak disiplin kecepatan bisa bumpy [bergelombang]. Bumpy itu mobil bisa melayang walau hanya beberapa senti (sentimeter) atau mili (milimeter) saja dan roda bisa hilang teraksi," kata Jusri melalui telepon, Sabtu (14/12).
Saat roda kehilangan traksi, pengemudi bisa kehilangan kendali dan berpotensi kecelakaan.
"Ya kalau ada gaya yang membuat mobil terangkat, otomatis roda kehilangan traksi dengan aspal. Belum lagi kalau roda depannya miring," tuturnya.
Iring-iringan kendaraan yang membawa Presiden Joko Widodo melintasi Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek usai diresmikan di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/12/2019). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
|
Kemudian Jusri juga berbicara soal gangguan angin karena ini tol Japek II berada di ketinggian. Gangguan angin yang dimaksud dikatakan kecil kemungkinannya berasal dari samping sebab sudah dipecah pembatas jalan.
Menurut Jusri yang perlu diantisipasi adalah angin dari depan yang disebut bisa menahan laju mobil dan berbahaya bila tiba-tiba menghilang. Pada kondisi itu kendaraan yang dikemudikan bisa menjadi 'liar'.
"Kalau yang namanya angin pasti tidak permanen. Makanya kalau ada angin dari depan ibaratnya seperti anak panah lepas dari busurnya," kata dia.
Menurut dia tertib berlalu-lintas adalah kunci selamat melalui tol tersebut, disiplin mematuhi batas kecepatan mutlak diperlukan. Dia juga mengingatkan agar pengemudi mengurangi kecepatan saat kondisi jalan tol hujan.
"Lalu antisipasi juga kesalahan orang lain agar kita bisa menghindar tepat waktu. Tapi intinya tertib berlalu lintas.," ucapnya.
Jusri menambahkan sebelum perjalanan pastikan mobil dalam kondisi laik, sedangkan pengemudi, fisik dan mentalnya harus prima.
"Jangan lupa juga isi bensin, karena yang kita tahu di atas dengan jarak tersebut tidak ada rest area," kata Jusri. (ryh/fea)
No comments:
Post a Comment