Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea terpantau melemah 0,16 persen, yen Jepang 0,03 persen, dolar Singapura 0,04 persen, dan dolar Taiwan yang melemah tipis 0,01 persen.
Penguatan hanya terjadi pada dolar Hong Kong 0,02 persen, dan peso Filipina sebesar 0,05 persen, serta ringgit Malaysia dengan nilai sebesar 0,04 persen, Sementara lira Turki berada di posisi stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak melemah terhadap dolar AS. Indsterling Inggris melemah 0,17 persen, dan Dolar Kanada melemah tipis 0,02 persen, sementara Dolar Australia dan euro masing-masing berada di posisi stagnan, dan tak bergerak terhadap dolar AS. Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah disebabkan oleh sentimen global dari kesepakatan dagang AS dan China.
Ariston menjelaskan adanya kabar bahwa AS mempertimbangkan untuk menunda penerapan tarif tanggal 15 Desember.
"Tapi kabar ini langsung dibantah oleh penasehat ekonomi AS Larry Hudlow yang belum bisa mengkonfirmasi hal tersebut, hal ini menyebabkan kesepakatan dagang masih menjadi tanda tanya," kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia, Rabu (11/12).
Selain itu, Ariston juga menyebut pasar akan menantikan hasil keputusan bank sentral AS dan pernyataannya terkait potensi kebijakan selanjutnya yang akan dirilis pada Kamis (12/12) dini hari.
Menurut Ariston, rupiah mungkin akan bergerak dalam kisaran sempit hari ini. Ia memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.390 hingga Rp14.050 per dolar AS hari ini.
[Gambas:Video CNN] (ara/age)
No comments:
Post a Comment