RMOL. Faizal Assegaf pun angkat bicara terkait keputusan Presidium Alumni 212 yang menonaktifkan dirinya selaku pengurus sekaligus pendiri PA 212.
Ketua Progres 98 itu dinonaktifkan dari PA 212 menyusul pernyataannya dalam sebuah diskusi, yang membandingkan Imam Besar FPI, Rizieq Shihab dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Faizal mengatakan, Rizieq Shihab perlu belajar dari jiwa kenegarawan dan ksatria Ahok dalam menghadapi masalah hukum"Saya dapat memahami reaksi sporadis dari loyalis Rizieq, namun mereka tidak bisa membantah substansi serta fakta bahwa Rizieq dan Ahok sebagai warga negara di hadapan hukum setara," tutur Faizal kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (19/2).
Hanya saja, ia menyesalkan keputusan itu diambil tanpa bertabayyun.
"Biarkan publik yang menilai bahwa Rizieq dan Ahok seolah tidak boleh diposisikan setara di mata hukum," ucapnya.
Namun sebagai salah satu pendiri Presidium Alumni 212, Faizal memastikan bahwa dirinya akan terus bersuara kritis, merdeka dan konsisten mendorong gerakan Bela Islam melalui jalan superdamai serta menentang segala bentuk pendekatan radikalis, kemunafikan, anarkis maupun intoleran.
"Rizieq dan semua elemen 212 mesti konsisten serta istiqomah membawa umat dalam gerakan Bela Islam yang superdamai dalam menyuarakan nilai-nilai Islam dan upaya perjuangan penegakkan hukum," tegasnya.
Faizal mengingatkan, ulama akan dinilai dari ucapan, sikap dan perbuatannya. Kalau tidak konsisten dengan prinsip perjuangan Bela Islam yang superdamai dan anti diskriminasi, ia khawatir akan membuat umat kecewa, kehilangan simpati serta dukungan yang luas.
"Ciri ulama sebagai pewaris Nabi adalah sabar, taat hukum, penuh kasih sayang, lembut dan mengedepankan akhlak dan kemanusiaan. Ulama yang demikian sejalan dengan spirit Bela Islam yang superdamai," terangnya.
Kalau mulai menyimpang dan ingkar janji dengan prinsip Bela Islam yang superdamai, menurut dia, wajib diluruskan agar umat tidak terjebak dalam polarisasi politik sporadis berjubah agama.
"Sejauh ini, menurut saya, Rizieq sangat berjuang keras untuk memastikan semua yang diperjuangkan bersandar pada komitmen kejujuran dan superdamai. Namun sikap itu akan dinilai secara jernih dan jujur oleh publik," kata mantan aktivis mahasiswa 98 itu mengakhiri.[wid]
No comments:
Post a Comment