Skuat arahan Indra Sjafri punya memori buruk saat menghadapi Vietnam di babak penyisihan Grup B pada 1 Desember lalu. Sempat unggul, Indonesia malah dipaksa takluk 1-2 di akhir laga.
Penyebab utamanya adalah membiarkan The Golden Star leluasa menguasai bola hingga setengah lapangan. Situasi ini terjadi setelah Indonesia memilih bertahan setelah unggul lewat Sani Rizky Fauzi.Indonesia sebenarnya mampu mengimbangi permainan Vietnam di babak pertama. Saddil Ramdani dkk mampu memberikan tekanan dan menciptakan sejumlah peluang berbahaya di jantung pertahanan lawan.
[Gambas:Video CNN]
Harus diakui, gol keunggulan Indonesia berbau keberuntungan. Gol Sani Rizky di menit ke-23 terjadi lantaran blunder fatal kiper Vietnam, Bui Tien Dung.
Tien Dung gagal menangkap umpan silang Asnawi Mangkualam dengan sempurna sehingga bola lebih dulu membentur mistar gawang dan dengan sigap disambar Sani Rizki.
Tertinggal satu gol membuat Vietnam makin gencar melancarkan serangan. Namun, pasukan Merah Putih masih mampu mempertahankan keunggulan di babak pertama.
Di babak kedua, Indonesia sulit keluar dari tekanan Vietnam. Skuat arahan Park Hang Seo benar-benar mendominasi penguasaan bola dan memaksa Garuda sibuk bertahan.
Indonesia kalah 1-2 dari Vietnam di babak penyisihan grup. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
|
Serangan balik yang coba dibangun Saddil Ramdani dkk mudah sekali patah karena tim lawan menerapkan garis pertahanan tinggi. Strategi ini membuat Indonesia kesulitan lepas dari tekanan ketika memegang bola.
Belum lagi persoalan salah umpan yang membuat proses serangan balik kandas. Egy Maulana Vikri yang masuk babak kedua, juga lebih banyak sibuk membantu pertahanan dan terisolasi di lini depan.
Serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Golden Star akhirnya membuahkan hasil. Mereka mampu mencetak dua gol balasan lewat sundulan Nguyen Thanh Chung dan tendangan jarak jauh Nguyen Hoang Duc.
Timnas Indonesia jangan mau dikurung Vietnam. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
|
Lagi pula, Vietnam bukan Barcelona atau timnas Spanyol yang kental dengan filosofi tiki-taka menakutkan itu. Maka Indonesia juga tak perlu bertahan total atau parkir bus seperti yang pernah diperagakan Inter Milan saat menjungkalkan Barcelona di semifinal Liga Champions 2009/2010.
Indra Sjafri bisa berkaca kepada Liverpool yang menganut gegen pressing. Bertahan kolektif secara disiplin ketika kehilangan bola. Cara ini bertujuan merebut kembali penguasaan bola secepatnya atau mengacaukan serangan lawan.
Tak mudah memang meniru filosofi sepak bola Eropa yang levelnya juga jauh di atas rata-rata tim-tim Asia. Stamina dan teknik individu juga ikut menunjang untuk melakukan taktik tersebut.
Osvaldo Haay diharapkan merusak pertahanan Vietnam. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
|
Trio lini tengah Indonesia: Syhrian Abimanyu, Zulfiandi, dan Evan Dimas tak boleh memberikan kesempatan Hoang Duc cs menguasai bola terlalu lama. Osvaldo Haay cs juga wajib membantu pertahanan sejak lawan memegang bola di daerahnya sendiri.
Kiper Nadeo Argawinata juga tak boleh lagi mengulangi 'dosa' seperti menghadapi Myanmar. Kesalahan antisipasi di depan gawang yang bisa jadi petaka sekaligus menjatuhkan mental.Bila skuat arahan Indra Sjafri bisa mematahkan dominasi ball possession Vietnam, saya prediksi Osvaldo Haay dkk mampu mengantongi medali emas di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12). (jun)
No comments:
Post a Comment