Seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (11/12), jaksa penuntut umum mulanya mengajukan tuntutan satu tahun penjara terhadap lelaki itu. Namun, hakim memutuskan menunda hukuman itu selama dua tahun supaya lelaki itu menjalani rehabilitasi.
Sang ayah meninggal pada 31 Juli lalu. Setelah disimpan berhari-hari, jasad itu mulai membusuk dan dikerubungi lalat.
Tetangga lelaki itu melapor ke polisi karena bau tersebut. Setelah polisi mendobrak ruangan itu, baru ketahuan ternyata lelaki itu tidak membiarkan mayat sang ayah.
Sang lelaki lantas dijerat dakwaan tidak melaporkan kematian orang tuanya. Dia mengakui hal itu dengan alasan supaya tetap bisa mendapatkan jatah uang pensiun dari ayahnya.
"Saya sengaja tidak memanggil ambulans karena saya takut jika ayah saya dibawa maka saya harus tinggal seorang diri," demikian pengakuan terpidana dalam dokumen persidangan.
Lelaki itu dilaporkan pindah ke rumah susun ketika masih sekolah menengah pertama. Ketika bekerja di sebuah toko baju pada usia 20, ibunya meninggal karena kanker.
Dia lantas memutuskan berhenti. Sang ayah yang bekerja sebagai pesuruh di sekolah negeri setempat memintanya mencari kerja tetapi tidak berhasil.
Setelah pensiun, lelaki itu dan ayahnya hanya tinggal di rumah dan bergantung dari jaminan pensiun.
Kasus ini mengungkap fakta bahwa ada sekitar satu juta warga di seantero Jepang yang memiliki perangai asosial. Hal ini menjadi kekhawatiran karena orang tua mereka lambat laun akan meninggal dan membuat mereka tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat.
Menurut pakar komunikasi Universitas Bunkyo Hokkaido, Prof. Makoto Watanabe, fenomena hikikomori dilaporkan mulai muncul sejak 1970-an. Mereka mulanya adalah anak-anak yang diminta atau terpaksa menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus orang tua atau sesepuh di keluarga sehingga menjadi jarang bergaul.
Generasi hikikomori itu diperkirakan saat ini juga sudah berusia 50 sampai 60 tahun. Jika tidak dibantu, maka hidup mereka akan sangat kesulitan.
No comments:
Post a Comment