Pemerintah memprediksi defisit mencapai 2 persen-2,2 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu naik dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 1,84 persen dari PDB.
Karenanya, ia meminta setiap K/L lebih selektif dalam menjalankan program, yaitu fokus kepada program-program utama.
"Setiap K/L dipastikan mengeluarkan yang tidak perlu, karena setiap KL biasanya tidak pernah kekurangan ide brilian membuat program baru, bikin ini, bikin itu," katanya, Selasa (10/12).
Suahasil menuturkan pelebaran defisit merupakan konsekuensi dari kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah. Pasalnya, pelemahan ekonomi global telah menekan penerimaan negara. Sebagai informasi, penerimaan negara baru mencapai Rp1.508,9 triliun atau baru 69,7 persen dari target di APBN 2019 yang sebesar Rp2.168,1 triliun.
Meski penerimaan lesu, ia memastikan pemerintah tidak akan memangkas belanja. Imbasnya, defisit anggaran pun melebar.
Pada Oktober 2019, belanja negara mencapai Rp1.798 triliun atau 73,1 persen dari target APBN 2019 yang sebesar Rp2.461,1 triliun. Ia menyatakan hal tersebut sesuai dengan fungsi stabilisasi APBN.
"Pemerintah memutuskan tidak memotong belanja, meskipun penerimaan turun di tengah tekanan global," katanya.
[Gambas:Video CNN] (ulf/asa)
No comments:
Post a Comment